Postingan

puisi tentang berlangsungnya pendidikan di tengah virus corona

Tersedak wabah Puing puing embun bertebaran Menyibak lembut diantara ganggang Fajarku diam Bergeming di dalam pilunya Ilalangku kalut Terinjak musim yang tak kunjung sirna Mereka merindukan sesuatu Suara riang yang tak berirama Berdebam lembut Dengan lekatan putih merah di tubuh kecilnya Mereka yang menyapa kembang kol disetiap pagi Dan menari-nari diantara secercak cahaya mentari Dimana para pengais ilmu? Yang umumnya datang menyambut tumpu Dimana para lentera masa? Yang dicalonkan menyinari angkasa Tak apa Bumiku sedang istirahat Biarkan letih menghentikannya sejenak Bintang-bintangmu tidak diam Justru wabah mencerdaskan mereka Biarkan semua mengalir Dan sedikit mengerti mengenai keadaan Wahai pengais tau Sejauh apapun bumimu diam Selama apapun duniamu mati Jangan sekali lumpuh dari akal Jangan sekali bungkam atas pengetahuan Karena semua itu bentuk dari tawakal Biarkan Tuhan yang mengembalikan Karena dunia juga ingin tau Sejauh apa kita bertahan #puisi#wabah#perjuangan#pendidikan#se

cerpen tentang perjuangan ditengah virus corona

              Lukisan satu tangan Seseorang menarikku menjauh dari keramaian. Hingga hingar bingar yang menyayat telinga kurun waktu menyusut terlahap asa. Masih gelap. Belum juga ada secercak cahaya yang mampu menembus lensa mataku. Masih sama seperti hari hari sebelumnya . Dunia hanya dipenuhi dengan satu warna saja. Hitam . Siapa yang menarik tanganku saja aku belum mengetahuinya. Aku masih menangis. Sama seperti diriku yang tadi terduduk di pinggiran jalan. Sendiri. Tak tau juga adakah mata iba yang menatapku seperti tanpa arah ini. Tangan itu menarikku ke bawah. Memintaku untuk duduk, aku hanya menurut saja. Tak tau juga apa yang akan terjadi setelah ini. Akankah aku akan dijual atau diperbudak seperti cerita-cerita almarhum ibu dulu? Atau aku justru akan menemukan secercah cahaya yang selama ini kucari? "Mbak kenapa menangis?" Sebuah suara muncul tepat disamping tubuhku yang terduduk, sepertinya seorang yang menarik tanganku tadi. Dari suaranya, seorang tadi tampa